"Teruntuk manusia labil 2013 yang masih enggan percaya bahwa mencintai itu akhirnya hanyalah sebuah proses sederhana ketika penerimaan itu telah nyata. Saksikanlah bagaimana aku akan memperjuangkanmu dengan sehebat-hebatnya"
Jika kamu mau sedikit saja mengulang kisah yang telah terlewat, tidakkah kamu menemukan bahwa dulu sekali aku tidak mengenal apa itu rasamu, bahkan aku enggan berlama-lama di dekatmu. Aku juga tidak yakin karena apa, yang jelas aku merasa ada hal aneh saat kita bertemu, entahlah. Lantas perlahan kamu menyadarkanku bahwa aku mengingkari hadirmu yang justru membuatku dapat menemukan siapa diriku ini sebenarnya, berproses menjadi pribadi yang lebih baik. Ada banyak sekali hal yang ingin aku tanyakan kepadamu, tentang bagaimana caramu meluluhkan egoismeku dalam satu sapuan kata-kata penuh makna, tentang bagaimana usaha yang kamu lakukan hingga membuatku terjerat sedalam ini, dan tentang rasa apa yang sebenarnya sedang kamu doktrinkan kepadaku?
Bodohnya lagi, aku diam-diam mulai merinduimu lewat tatapan mata kita yang lebih sering bertemu, lewat candaan konyol yang sengaja kita ciptakan karena sama-sama gugup, atau lewat rapalan doa-doaku. Jujur, aku menikmati menjadi bodoh semacam ini, ketika tiba-tiba menjadi sedih hanya karena merasa akan kamu tinggalkan atau seketika tersenyum meracau layaknya orang gila saat membaca bualanmu di baris inbox ponselku yang belum tentu benar dari hatimu sekalipun. Ahhh, nyatanya aku sanggup bertahan dan merasa bahagia meski tidak seutuhnya kamu janjikan rasa yang sama atau kepastian yang tidak berani aku mimpikan untuk saat ini. Iya, aku masih terlalu takut jika harus mengetahui bahwa akhirnya bukan keyakinan dan justru kekecewaan yang aku temui, tapi ya semacam inilah harusnya kisahku yang kadang lengang tanpa hadirmu.
Sekarang lihatlah wahai malaikat tanpa sayap yang lupa dengan identitasnya sendiri, ada rasa yang sama diantara kita, pemaksaanmu dulu kini menjadikan hatiku benar-benar tak dapat berpaling, sejenakpun. Apalagi yang harus kamu takutkan ketika penerimaanku ada untuk segala hal tentangmu, bahwa pengorbanan sesakit apapun rela aku jalani untuk dapat menyamai langkahmu, atau keraguan semacam apalagi yang masih membebanimmu? Katakanlah, sampaikanlah padaku. Jangan buat aku merasa tidak mampu memahami jalan pikirmu, aku tersiksa dan tak bahagia jika tidak bersamamu lelakiku yang sarat kejutan. Kini, semua doa dan sumpahmu kepadaku terwujud sudah dan tinggal menunggu kemanakah kamu akan melarikan kisah ini, karena aku hanya bisa sebatas melihat lalu mengikutimu seperti bocah yang tersihir permen warna-warni.
Wanita bodoh ini akhirnya hanya kamu berikan pilihan untuk memilihmu saja, tak peduli ada berapa banyak macam pilihan yang ada dan tersedia di luar dunianya, karena nyatanya ucapanmu yang memintaku untuk memiliki pilihan lain itu tidak sama dengan perlakuanmu yang terus menarikku ke arahmu, tanpa sempat berpikir yang lain. Ayolah lelaki naif yang romantis, kita usaikan kekonyolan ini pada akhiran yang manis berbalut cinta dan ketulusan, aku lelah sekali mengejarmu, amat lelah. Tarik dan rengkuh aku dalam kecarut-marutan dirimu sekalipun, aku tidak butuh apa itu sempurna saat bersamamu, hanya cukup katakan kita akan terus bersama pada akhirnya? Katakan iya, iya, dan iya untukku seorang. Maka aku akan memperjuangkanmu, sakitpun itu aku akan memilihmu, hanya kamu...